Monday 7 July 2014

Selalu ada jalan untuk sukses

jalan sukses selalu ada

Aku hanya ingin hidup mandiri.bukan membebani. 
Aku ingin bermanfaat bagi orang lain
karena itulah sebaik-baiknya hidup

Pagi yang cerah. Makin sumringah wajah-wajah orang terkasih menyambut hadirnya bayi mungil pasangan joko dan santi. Jarum jam dinding menunjukkan angka 10 menjelang siang. Hari itu 10 Juni 1991, Aku terlahir sebagai anak ke dua dari keluarga berkecukupan. Bapak bekerja sebagai pegawai swasta di PT.PLN(persero). Sejak aku lahir,kami tinggal di rumah nenek di desa Sedayu Kabupaten Malang. Meski masih berumur 3,5 tahun,aku sudah minta sekolah pada ibu. Tapi karena masih terlalu kecil, aku hanya di titipkan di TK dekat rumah



Birunya langit dan merdunya kicauan burung semakin membuat pagiku berwarna.Tidak hanya selalu cerah,pagiku selalu riang setiap kali ibu mengantarkan aku ke sekolah. Karena kakak masuk lebih pagi dariku. Praktis kebersamaanku di jalan bersama ibu adalah momen yang tidak pernah aku lupakan. Kadang kalau ibu tidak bisa mengantar,aku akan di antar bapak. Betapa indahnya saat-saat itu. Ku ingat hangatnya tangan bapak menggandeng tangan mungilku di sepanjang jalan agar tak terlepas

Hingga suatu hari menyedihkan tiba.Hari itu,mestinya hari bahagia buat kami.Tapi apa yang terjadi justru di luar kenyataan. Di waktu kelahiran adikku harusnya didampingi ibu lebih insentif, bapak malah jarang pulang. Setiap ada rapat di sekolah,bapak mulai jarang menghadiri dengan banyak alasan. Ketika ada kerja baekti di sekolah dan mengundang wali murid berprestasi,bapak tak sedikitpun menampakkan batang hidungnya

Cobaan yang lain juga menghampiri keluargaku. Kondisi ekonomi keluarga semakin terpuruk,sementara bapak semakin jarang pulang dan berubah perangainya. Bapak seperti bukan orang yang ku kenal selama ini hangat dengan kami. Dengan pengeluaran yang meningkat karena kehadiran adik baru,serta menikahnya bapak,ibu akhirnya berinisiatif membuka warung kecil-kecilan di depan rumah. Selain berjualan sendiri,ibu juga membuat es lilin untuk di titipkan di kantin sekolah atau di warung dekat rumah

Aku pun lulus SD dengan peringkat memuaskan. Aku dan kakakku bersamaan masuk sekolah. Kakak masuk SMA, aku masuk SMP. Beruntung kami semua masuk sekolah Negeri hingga bisa menekan biaya yang harus di keluarkan orang tua.Meski nyatanya,bapak masih harus kesana kemari mencari pinjaman untuk membayar kekurangan biaya seragamku

"Bapak tidak mampu membelikan sepatu atau tas lagi untukmu,hanya cukup untuk biaya spp saja nduk,"ujar bapak suatu hari.

Mendengar itu, aku sempat merasa sedih dan gundah.Berhari-hari aku merenung di kamar,apa kira-kira yang bisa aku lakukan agar SPP pun tak menjadi beban.Tidak ingin lama larut dalam kondisi ini,aku mencoba mengajukan beasiswa untuk membantu meringankan orang tuaku.Aku juga menabung uang saku yang kudapat untuk tambahan membeli perlengkapan sekolah dan buku

Selalu ada hikmah di balik peristiwa. Sejak kejadian itu bapak kembali menjadi imam utuh keluarga kami. Meski dibalik itu semua, kami harus hidup seadanya. Ketika pulang hanya membawa beberapa tas kresek berisi baju,kami tetap bersyukur,bapak kembali berkumpul bersama kami

Adalah kebersamaan yang akan selalu di rindukan setiap keluarga.Dan hari itu mungkin hari bahagia untuk kami. Sesuatu yang jarang kami lakukan. Meja sederhana itu menjadi saksi.Adik,Bapak,Ibu,Kami makan malam bersama.Tak hanya itu usai makan bapak mengajak kami sholat Isya bersama.Bapak mengambil air wudhu lebih dulu di kamar mandi.Selang beberapa menit,bapak belum terlihat keluar.Dengan perasaan was-was,aku menysulnya ke kamar mandi. Astaghfirylloh !!

Bapak sudah duduk lemas di depan pintu kamar mandi dan aku langsung berteriak memanggil ibu"Bapak kenapa Bu?"

Setelah jatuh malam itu,esoknya bapak sudah mulai sadar dan hanya mengorok,menirukan lafadh Allah yang kami tuntun.Tidak ada saudara bapak yang mau membantu kami. Menurut mereka membawa bapak ke rumah sakit sia-sia.Andai saja aku punya uang sendiri akan aku bawa bapak ke rumah sakit.Tiba-tiba bapak menghembuskan nafas yang terakhir dan tidak bersuara lagi.Tangisan kami pecah.Aku langsung berlari memanggil tetangga untuk minta tolong memastikan bapak sudah meninggal atau belum

Hilang sudah penopang hidup kami.Untuk memenuhi kebutuhan,ibu kembali bekerja,membantu keluarga majikannya dulu.Aku memanggilnya Mbah haji karena beliau seudah seperti nenekku sendiri

Ingat kawan,apa yang sekarang kita alami tanpa kita sadari adalah hasil pemikiran kita beberapa tahun yang lalu.Yakinlah dengan impian kita,apabila kita punya kemauan,Allah akan memberikan jalan menuju apa yang kita mau meskipun jalan itu banyak kerikil dan tikungan tajam,Insyaallah kita akan sampai juga ke tujuan selagi niat kita benar

No comments:

Post a Comment